Arga meringkuk di sudut gang kecil, jauh dari hingar bingar kota yang bising dan padat. Arga adalah pekerja kantoran biasa yang merasa hidupnya berjalan monoton dan tak pernah sesuai harapan.
Hari-harinya dihabiskan dalam rutinitas yang sama—berangkat pagi, bekerja, pulang malam, dan tidur. Ia merasa seolah berada dalam lingkaran tanpa akhir yang tak memberikan makna atau kebahagiaan.
Suatu malam yang dingin, ketika bintang-bintang bersinar samar di langit malam, Arga kembali dari kantor dengan langkah lesu. Ia merasa lebih putus asa dari biasanya. Hujan gerimis yang turun perlahan menambah suasana hatinya yang suram. Ketika melewati sebuah jalan yang jarang dilalui, Arga tiba-tiba melihat sebuah cahaya terang yang memancar dari sebuah gang kecil.
Merasa penasaran, ia melangkah ke dalam gang tersebut. Cahaya itu semakin terang, membungkus seluruh tubuhnya dalam kilauan keemasan. Tiba-tiba, Arga merasa seperti ditarik oleh kekuatan tak terlihat, dan dunia di sekelilingnya berputar. Dalam sekejap mata, ia terjatuh ke sebuah tempat yang sama sekali tidak dikenalnya.
Di hadapannya terbentang sebuah lembah yang indah dengan bunga-bunga berkilau dan pohon-pohon yang bercahaya. Langit di atasnya berwarna ungu lembut dengan titik-titik bintang yang bercahaya lebih terang dari biasanya. Di tengah lembah, Arga melihat seorang wanita cantik dengan sayap emas yang bersinar. Wanita itu tampak seperti bidadari yang baru saja terbang dari halaman-halaman dongeng.
Arga terpesona dan merasa sedikit takut. Bidadari itu mendekatinya dengan senyum lembut dan mata yang penuh empati. “Selamat datang di Dunia Cahaya,” kata bidadari itu dengan suara lembut, “Aku adalah Elyra. Apa yang membuatmu datang ke tempat ini?”
Arga, yang masih terkejut, mencoba menjelaskan. “Aku… aku tidak tahu bagaimana aku bisa sampai di sini. Aku merasa putus asa dan hidupku terasa tidak berarti. Aku hanya ingin menemukan sesuatu yang bisa memberikan makna.”
Elyra mendengarkan dengan seksama. “Kehidupan memang sering kali tidak sesuai dengan harapan kita. Kadang, kita merasa terjebak dalam rutinitas yang monoton dan tidak ada perubahan yang berarti. Namun, setiap perjalanan memiliki tujuannya masing-masing. Bagaimana pun, hal-hal yang kita anggap buruk atau sia-sia bisa jadi adalah bagian dari jalan menuju pemahaman yang lebih dalam.”
Arga menatap Elyra dengan tatapan penuh keraguan. “Tapi bagaimana aku bisa menemukan makna di tengah semua kesulitan ini?”
Elyra tersenyum lembut. “Terkadang, kita harus berani melihat lebih dalam ke dalam diri kita sendiri. Makna hidup tidak selalu datang dari luar, tetapi sering kali terletak di dalam hati kita. Setiap kesulitan, setiap tantangan, adalah kesempatan untuk belajar dan tumbuh. Ketika kamu menghadapi kesulitan, ingatlah bahwa kamu memiliki kekuatan untuk mengatasi semuanya.”
Arga merasa ada sesuatu yang berubah dalam dirinya setelah mendengar kata-kata Elyra. “Apa yang harus aku lakukan untuk mengubah cara pandangku?”
“Mulailah dengan menerima diri kamu apa adanya dan hargai setiap momen yang kamu miliki,” kata Elyra. “Cobalah untuk melihat setiap tantangan sebagai peluang untuk berkembang dan belajar. Ingatlah bahwa bahkan di malam yang paling gelap, selalu ada harapan yang menanti di ujung jalan.”
Elyra kemudian mengangkat sayap emasnya dan mengajak Arga terbang di atas lembah yang indah ini. Selama terbang, Arga merasakan kedamaian yang belum pernah dirasakannya sebelumnya. Ia menyadari bahwa meskipun hidupnya penuh dengan kesulitan, ada keindahan yang bisa ditemukan jika ia mau mencarinya.
Ketika matahari mulai terbit, Elyra memandu Arga kembali ke tempat di mana ia pertama kali datang. “Waktunya untuk kembali ke duniamu. Ingatlah, apa yang kamu alami malam ini adalah pelajaran berharga. Jangan pernah berhenti mencari makna dan keindahan di hidupmu.”
Dengan hati yang lebih ringan dan pikiran yang lebih jelas, Arga kembali ke dunianya sendiri. Ia merasa lebih siap menghadapi tantangan dan lebih menghargai setiap momen dalam hidupnya.
Pagi beranjak ringan, ia memasuki ruang kantor seperti hari-hari sebelumnya. Tapi, kali ini hanya sepi yang didapati. Tak ada siapapun. Hanya suara tawa di ruang pertemuan.
Arga berjalan cepat lalu membuka pnitu ruangan. Seluruh teman kantor berkumpul di sana, sedang tertawa senang mendengar cerita Elyra di sudut ruangan.
Elyra yang cantik dengan sayap emas yang bersinar, seperti bidadari yang baru saja terbang dari halaman-halaman dongeng. “Ah, ini orang yang kita bicarakan,” katanya. Suara tawa menyusul. Hanya Arga yang terdiam.
Surabaya, 11 September 2024