Firasat apa ini? Sudah berhari-hari Pak Sukir tak kelihatan ada di rumah. Keluarga curiga apakah ada orang yang berniat buruk padanya. Seminggu yang lalu ia terlihat bertengkar hebat dengan seseorang yang mau menawar burung putih miliknya, tetapi Pak Sukir menolak. Katanya lebih baik burung itu hilang daripada harus ditawar dengan harga begitu rendah.
***
“Pak Sukir, Pak Sukir, masak dari tadi ngopeni1 burung yang disangkar terus,” celetuk tetangga sebelah rumah melihat tingkah laku pria yang usianya sudah di batas senja.
“Ahaha… Ya ndak apa-apa daripada aku ngopeni yang ndak jelas,” guyon Pak Sukir sambil membersihkan sangkar burung.
“Lah memang Pak Sukir ndak ada kerjaan yang lain apa? Setiap hari kok kerjaannya begitu terus.”
Sehari-hari Pak Sukir memang suka merawat burung peliharaannya. Bahkan capkali mengajaknya bicara. Kadang-kadang burung yang warna kuning, kadang juga warna hijau atau biru tua. Akan tetapi, burung yang paling disukainya berwarna putih dengan jambul warna kuning di atas kepala.
Sore itu Pak Sukir sedang memandikan burungnya yang berwarna putih. Burung kesayangan itu ia dapatkan dari keponakannya yang hobi memelihara burung juga. Keponakan Pak Sukir sengaja memberikannya sebagai hadiah ulang tahun Pak Sukir yang ke-58 tahun. Pamannya itu begitu senang sebab burung yang berwarna putih itu mengingatkan Pak Sukir kepada mendiang bapaknya. Warna putih menandakan kesucian hati dan membawa keberuntungan baginya. Sedikit saja warna itu ternoda pasti akan kentara. Kalau sudah begitu, Pak Sukir berusaha mengembalikan warna itu seperti semula.
Pernah suatu hari, burung itu hampir saja hilang. Pak Sukir ngomel-ngomel. Katanya awas kalau burung putihnya hilang. Orang-orang di rumah bakal kena imbasnya. Ada-ada saja kataku. Tak tanggung-tanggung Pak Sukir juga tak mau menyerahkan berapa pun jumlah uang yang ditawarkan untuk burung kesayangannya itu.
Burung putih itu jenis burung langka. Burung tersebut juga telanjur dianggap membawa berkah bagi kehidupan Pak Sukir dan keluarga. Sejak burung putih itu ada di rumah, rezeki datang tak putus-putusnya. Bahkan ketika Pak Sukir sedang duduk-duduk sendiri, ada kabar gembira dari sang istri. Istrinya yang katanya sulit untuk hamil akhirnya hamil juga. Pak Sukir begitu senang hingga membagi-bagikan begitu banyak makanan pada tetangga dekat rumah. Selain itu, ia juga sering mengundang orang untuk berbagi ilmu tentang cara merawat burung. Semua itu dilakukannya sebagai tanda syukur atas anugerah yang Allah berikan.
Melihat hal itu, istri Pak Sukir senang. Ada perubahan positif yang terjadi pada Pak Sukir. Namun, istrinya tak segan mengingatkan agar Pak Sukir tidak berlebihan. Semenjak istrinya hamil, Pak Sukir berusaha untuk berhenti merokok sebab itu akan membahayakan kondisi janin yang dikandungnya. Ia dilarang sang istri untuk menghentikan kebiasaan buruknya secara perlahan. Pak Sukir menyetujuinya. Segala kebiasaan buruk harus segera ditinggalkan demi buah hati tercinta, termasuk kebiasaan berjudi. Istrinya Pak Sukir ingin bila ia cukup bekerja normal seperti biasa. Hal itu akan membuat istrinya lega. Selain itu, memelihara burung juga tak menjadi masalah bagi sang istri. Mereka sepakat untuk memulai hidup baru yang lebih baik.
***
“Sukir… Sukir…”, ocehan suara burung terdengar dari depan rumah. Rupanya burung kesayangan Pak Sukir bisa memanggil dirinya. ia terkejut seperti tak percaya.
“Eh, kamu juga bisa bicara ya?” kata Pak Sukir mengajak burungnya berinteraksi.
“Sukir… Sukir…,” suara burung itu terdengar lagi.
Karena girangnya, Pak Sukir memberitahu sang istri tentang hal itu. Sang istri malah mengira kalau suaminya itu sudah tak waras. Akan tetapi Pak Sukr tak menyerah. Ia berkata pada istrinya agar ia musti memperlakukan burung putih itu dengan baik.
“Rawat baik-baik ya si putih ini, sayang!” ucap Pak Sukir kepada sang istri.
“Inggih, Mas.”
Istrinya tak bisa menolak. Meski ia sedang hamil muda, sang istri harus tetap melakukan apa yang diperintahkan suami.
“Kalau nanti ada apa-apa kabari aku ya sayang!” ucap Pak Sukir berpamitan.
“Iya, Mas. Nanti kalau ada apa-apa akan kukabari.”
Sang istri melakukan hal itu sesuai yang diperintahkan suaminya. Ia menjaga dan merawat burung-burung itu seperti yang diamanahkan suami. Kejadian itu berlangsung cukup lama. Pak Sukir beruntung sebab sang istri merupakan istri yang telaten. Hanya saja semakin ke sini, usia kandungan istri sudah semakin besar. Dan rasa-rasanya Pak Sukir lebih perhatian kepada burung daripada calon buah hatinya. Awalnya sang istri tak begitu menghiraukan, tetapi pada akhirnya istri Pak Sukir mulai risih. Istrinya menganggap hal ini tak bisa dibiarkan lagi.
Istrinya mengeluh. Ia juga sering merasakan pusing dan mual bila berdekatan atau mencium aroma dari burung-burung peliharaan Pak Sukir. Mereka berdua bertengkar. Kotoran burung-burung Pak Sukir jatuh tepat mengenai cucian yang habis dicuci istri. Padahal istri Pak Sukir sudah mati-matian membersihkan seluruh baju cucian. Kalau sudah begitu, suasana rumah berubah menjadi seperti di pasar. Kondisi ini membuat sang istri stres dan itu mempengaruhi kondisi janin yang dikandungnya.
“Baiklah… kalau kamu lebih memilih burung-burung itu, aku pasrah,” ucap sang istri pada Pak Sukir sambil menyeka air mata.
Pak Sukir juga kekeh untuk mempertahankan burung-burungnya, terutama burung putih. Istri Pak Sukir pun mencari cara bagaimana kalau ia menawarkan burung-burung Pak Sukir kepada orang lain. Nanti uang penjualannya akan ia gunakan untuk menyambut kelahiran sang buah hati.
***
Tanpa sepengetahuan Pak Sukir, istrinya mulai memotret satu per satu burung Pak Sukir. Kemudian ia membagikan foto itu di media sosial. Istri Pak Sukir berharap ada yang mau membelinya dengan harga tinggi, termasuk burung kesayangan Pak Sukir yang berwarna putih.
Tak disangka ternyata ada orang yang tertarik dengan burung putih Pak Sukir. Istrinya senang bukan kepalang. Orang itu tertarik setelah melihat video tayangan yang dibagikan istri Pak Sukir di media sosial. Namun, entah kenapa ada perasaan yang tak enak yang dirasakan setelah istri Pak Sukir mendapatkan tawaran yang bagus itu. Di sisi lain ia ingin Pak Sukir fokus pada calon buah hati dan dirinya. Akan tetapi di sisi lain, istrinya merasakan kekhawatiran. Ia menyayangkan bila burung yang selama ini menemani kehidupan mereka berdua itu pergi begitu saja. Bahkan karena kekhawatirannya, istri Pak Sukir sampai bermimpi tentang burung itu.
Pak Sukir tak tahu harus berbuat apa. Ia mendapati sangkar burung putihnya terbuka. Namun, ia juga dihadapkan pada hal yang membuatnya gelisah. Ia melihat istrinya tergeletak tak berdaya di halaman depan rumah.
Sementara itu, burung putih masih berkeliaran di dalam rumah sehingga ia masih bisa menangkapnya. Akan tetapi, ada istri Pak Sukir yang harus ditolongnya. Mata Pak Sukir berkunang-kunang sampai di atas kepalanya ada bintang yang berputar-putar.
Namun, peristiwa yang tak diharapkan terjadi. Burung putih itu malah keluar dari rumah dan bertengger pada tubuh sang istri. Pak Sukir kedadapan, tetapi segera beralih untuk mengejar si burung putih, sedangkan istrinya entah bagaimana nasibnya nanti.
Sinar matahari pun menyorot langkah Pak Sukir yang mengejar burung kesayangannya. Ketika hendak ditangkap, burung itu terbang kian kemari. Pak Sukir kepayahan menangkap sendiri. Tak ada yang bisa menolong kali ini. Burung putih Pak Sukir terbang lebih tinggi. Semakin tinggi hingga membuat Pak Sukir lupa diri.
Karya : R. Amalia
*Pengajar di SDIT Insan Kamil Sidoarjo yang suka menulis dan bercerita.
1merawat