Aku tanam larik kata
lewat bibir ditelan masa
dan berjalan dimakan waktu
serta menjelujur di batas pisah dan temu
Sembari berdansa aku hirup aroma kata lain
semilir pancarkan irama disitu
ditandu keluhuran hamba
merunut kata, hingga senja beranjak pulang
biarkanlah larik kata…
waktu senja berdebar untuk saling abadi
Pun saat hujan dengan tanah basah
samar-samar aroma kata bercampur
penuh warna dalam makna
menyeruak tak pernah hilang
meski dengan sebab yang berbeda
Sepintas indah pelangi hadir
penebus telusur rindu aksara
yang tenggelam dalam cawan wahyu
suluhkan lepas disitu dalam kehidupan
berikanlah larik kata …
ruang semerbak rindu untuk saling berbagi
Kulihat kupu-kupu menikmati waktu
terbang diiringi ayat-ayat kebaikan
berkelana sederhana di benakku
dengan eloknya masih disana
serta tersenyum manis,
dan esok akan kucari jawaban manisnya !
Sesekali terdengar percakapan burung
sedingin bercerita merimba harapan
meramu bijak petuah kembara
dan kata pun tak bertitik
……berjalan dan pulang
kicauan larik kata menikam sapa;
hingga mengungkapkan ‘apapun yang datang pasti akan pergi’
(sebuah taman kehidupan)
#2022
Telur Mata Sapi
di balik tudung tersaji
seakan menyapa
“lihatlah aku sekarang”
siap menghilangkan lapar
kabarmu masih kutanyakan
; sapi siapa ?
masih ada kamu disini
; mata tak pernah berkedip
dalam lahap, ada yang bergumam
“apa yang kau tanya belum tentu sesungguhnya ada jawaban”
sebelum mendapatkan jawaban,
menyimpan seribu heran
meretas sudah pertanyaan lain
: jalan lapar pun sirna
itu yang tidak ternilai !
#2022
Kerupuk dan Satu Ikan
dalam sepiring nasi
mencari cara beradu lezat
tak peduli bagaimana pun persaingan
“jangan menambah luka pada yang sedang berjuang”
bila diselami sejenak
…tidak ada yang dipertaruhkan
…tidak ada yang memenangkan
bisa jadi mereka hanya menantang diri sendiri
kalah dan menang adalah saksi hidup
; apapun hasilnya setiap peristiwa itulah kehidupan
#2022
Meretas Larik Kenangan
Kita adalah kenangan
bernaung dari masa lalu
keriputnya adalah pikiran
atas pertemuan atau tidak,
sebelum kau berubah jadi kenangan
telah kumaafkan dirimu
atas kebersamaan atau tidak,
sebelum bahagia itu menghilang
telah kusimpan senyummu
Kita tidak pernah tahu,
sampai kapan mampu menangguhkan hari
Menjaga tatapan waktu,
meski sejuta misteri
Sampai akhirnya berhenti,
jadi cerita atau saksi
; selalu teraduk pagi dan sore
maka simpan larik ini
dan ambillah waktumu !
#2022
Senyuman Tua (Kabut) Pembisik Karsa
Kabut itu mulai menyapa
membekap koar kata
membiaskan gelombang gema
menggambarkan tertangkap telinga
Kabut itu baru saja berkata
menjepit riuh nan lena
mengharapkan senyum jiwa
menyambut sirnanya lara
Wahai kabut teruslah menyangga
menyambut lembut sang suka
mengabaikan ragu sang duka
mewakili pembisik penuh karsa
Dan, ketahuilah tidak semua orang akan mengerti perjalanan kabut
mereka hanya tahu kau terus berjalan,
tapi tak merasakan seruanmu
“ meski dari senyuman tua, selalu ada untuk selamanya”
#2023
Perempuan Berselimut Kabut
Walaupun kabut diam, namun selalu berbisik diantara remah dalam kesaksian
dan mnegurai dalam ketenangan
Melihat luas samudera di kedalaman hati,
jauh nan memancarkan keteduhan
tak perlu dijawab, perempuan ini tahu
yang mana hati indah atau pun sebaliknya
Dipangkal talu berpacu kekuatan, mengubah hikmah kebaikan dibaliknya
menghadirkan himmah dari sang pendahulu
dalam wujud atau bayangan limpahan ruhani mengucur pada perempuan ini
lewat dzikir nurnya tiada batas, tauhidnya tiada usai
menjelma semesta yang tak meredup, dzikir tanpa suara
kabutnya bertualang menuju mata rantai
dalam damai yang selalu tersenyum
Dalam kabut Perempuan ini, menjelma dalam kebaikan
menebar kebaikan, berprasangka pun bersama kebaikan
meskipun tidak diperlakukan secara baik
Perempuan ini yakin ada yang terbuka,
meski akhirnya setiap orang mempunyai pandangannya masing – masing
sebelum atau sesudah Perempuan ini dihadirkan
Perempuan ini mengarungi tapak, tanpa berhenti
berlelah – lelah dalam kabut hanya mencari ridho-Nya
tujuan yang pasti sampai, bagi hari baru untuk setiap napas
#2023
Note :
Himmah = tekad
Sebusur Tanya (Kabut)
pada liris menjawab
dari kabut yang tak menyatu
pada sorot membuncah
dari kabut yang tak terlihat
……kemana diri ini untuk ‘berpihak’
pada angin mencari
dari kabut yang tak biru
pada suara memanah
dari kabut yang tak kelabu
…..kemana diri ini untuk ‘berpijak’
semua merajut restu
dalam bingkai kabut
lalu….
dijawab jalinan sayup perasaan masih sama
namun tak tersimpul kata – kata
‘merakit harapan pasrah dan berserah’
#2023
Perca Pelukan
Duhai kawan,
bila bersemayam luka
tak perlu digenggam
sebab pasti akan berlalu
Duhai teman,
bila bersemayam pilu
tak risau dirasa
sebab semua akan sirna
Dimana pun mencari
Duhai sahabat
semua akan terurai
: bersama pelukan orang terkasih
#2022
Balak Pelukan
: episode satu
meski pelukan ini singkat
namun, kenangannya tidak sesaat
karena nyatanya pelukan itu sederhana
mencipta laju erat
dari orang kasih terdekat
yang selalu melekat
#2022
Balak Pelukan
: episode dua
Ada pelukan yang meronta
pilu tak perlu dikenang
Semua tumbuh dalam serenata
bersemayam pesan panjang
Merekah hingga tua
pelukan di ujung waktu
; dan kita hanyalah jiwa yang diberi akal
tak terhenti namun harus kembali kelak
#2022
Penulis berasal dari Samarinda Kalimantan Timur. Tulisannya tersiar diberbagai platform media daring & luring. Serta karya – karyanya masuk dalam beberapa Antologi bersama penyair Nasional & Internasional. Seperti Antologi Puisi Penyair Dunia “Wangian Kembang : Antologi Puisi Sempena Konvesyen Penyair Dunia – KONPEN” yang di gagas Persatuan Penyair Malaysia (2018), Antologi Puisi “Negeri Serumpun” Khas Sempena Pertemuan Dunia Melayu GAPENA & MBMKB (2020), “La Antologia De Poesia Cultural Argentina – Indonesia“ Antologi Puisi Budaya Argentina – Indonesia (2021). Antologi Puisi “Cakerawala Islam” MAIK – Majlis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Kelantan –Malaysia (2022), Festival Sastra Internasional Gunung Bintan – Jazirah ( 2019,2020,2021,2022) dan HOMAGI – International Literary Magazine. Tercatat pula dibuku “Apa & Siapa Penyair Indonesia – Yayasan Hari Puisi Indonesia” Jakarta 2017. Karya tunggalnya bertajuk “TITIK KOMA” (2021) masuk nominasi Buku Puisi Unggulan versi Penghargaan Sastra 2021 Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur. Adapun IG : @sultanmusa97