beritajatim.comberitajatim.com
    Facebook Twitter Instagram
    Facebook Twitter Instagram YouTube
    beritajatim.comberitajatim.com
    UNJUK KARYA
    webutama
    • Beranda
    • Cerita Pendek
    • Puisi
    • Resensi Buku
    • Info Sastra
    • Visual
    • UKM
    • Karena Sastra untuk Semua
      • Kontak
      • Unjuk Karya
      • Web Utama
    beritajatim.comberitajatim.com
    Home»Puisi»Kepada Sapardi
    Puisi

    Kepada Sapardi

    By Wahyu Agustin25 April 2021
    Facebook Twitter LinkedIn Tumblr Email WhatsApp

    Jika kau berjalan ke barat pada pagi hari
    aku diam menunggu
    Sudah berdamaikah dengan bayang-bayang?
    Tentu kau sudah tahu jawabnya
    siapa lebih dulu sampai seberang

    Prof, tolong ceritakan tentang warna-warni kembang di halaman abadi
    Biar kuingat warnanya sebelum mata kian buram
    Ceritakan pula berapa banyak kelopak gugur sepanjang musim
    Adakah sekuntum milikku siap dipetik?

    Sepertimu, aku pun mulai menuju barat, Prof!
    Senyampang rimpuh bersiap di garis tunggu
    aku ingin lebih dulu
    mendengarmu sekali lagi membaca
    tentang cinta sederhana yang kita jatuhkan
    Selama-lamanya

    Sidoarjo, 30 Maret 2021


    Kepada Dja
    : Sebuah Kalah

    Bulu matamu belantara
    Aku tersesat di sana
    Mencoba menahan laju air mata
    serta pendar amarah

    Aku ingat malam itu, Dja
    Pada sekuntum wijayakusuma kaurapal doa kesembuhan
    Dari arloji yang melingkari tanganmu
    aku tahu, tak banyak waktu

    Maka berjalan secepat yang kubisa adalah putusan
    mungkin berlari
    Hingga hilang pandang
    Kaurasa sendirian

    Tentu saja tidak begitu
    Aku mengerti gelisahmu
    Namun, saat bibir mulai pandai mengeja surah
    pipimu mengering
    O, sudah ada yang menghapus sedih itu

    Dan aku … dikalahkan waktu

    Sidoarjo, 29 Maret 2021


    Yang Lupa

    Teruntuk pelupa nyanyian cinta di malam redup berhias sesabit bulan. Aku telah menepikan segenap rindu meski kian gencar bertandang, membujuk hati bahwa sejatinya yang berkali-kali lupa tak pantas mendekap setia. Biar rindu-rindu ini tak lagi biru sejak dihempas pilu masa lalu. Biarlah!

    Teruntuk pelupa rampai janji berdua pada mula menyulam bahagia. Kukira kesatria, nyatanya tak cukup gagah menahan jeda, menyerah pasrah pada senyap masa.

    Kaubilang satu-satunya,
    nyatanya masih kerap singgah

    Kaubilang sepanjang masa,
    nyatanya sekian musim bunga

    Kaubilang selamanya,
    tapi …
    bagimu selamanya itu sekedip mata

    Teruntuk yang lupa jalan pulang. Menyusuri jalan baru tentu kegembiraan, tetapi sampai kapan? Bila telah jauh jarak tertempuh, jangan pernah menoleh lagi pada yang tanggal. Sebab yang usang, tak cukup manis untuk diulang.

    Sidoarjo, 17 Maret 2021


    Puisi Kita

    Kaubilang punya puisi,
    aku pun begitu
    Kita sama-sama menunggu
    siapa membaca lebih dulu

    Waktu berlalu, jarum jam melaju
    Memangkas tahun, mendedah masa
    Kita saling diam bergandengan
    memotret mimpi menyemai harapan

    Senja datang kemudian
    Kau makin tak sempurna, kukira aku pun
    Bagai mortir, kata-kata melesat darimu
    tentang hujan, matahari, dan angin gunung

    Aku membuka tanya,
    “Lalu, di mana puisi cintamu?”

    Tidak ada, katamu
    Sebab cinta sudah tumbuh
    sejak kita sama-sama menunggu,
    dan tak pernah meninggalkan

    Aku geming, malu
    Kusimpan puisi cinta di dasar hati
    Biarkan merona, tak perlu dibaca
    Sampai siapa dijemput-Nya lebih dulu

    Sidoarjo, 16 Maret 2021


    Rumah Cinta

    Selepas wabah ini, Dik
    Mari kita bangun sebuah rumah
    berdinding papan beratap rumbia
    Di dekat urukan bekas kebun tebu itu, seperti katamu
    Sebab terlalu mahal harga kapling tanah bagi kantong lusuh kita

    Nanti,
    ada parit kecil berair jernih mengelilingi rumah
    tempat anak-anak tak berayah ibu berkecipak main air dengan gembira
    Biarkan mereka lupa pada tumpukan koran di bawah lampu merah
    Biarkan mereka lupa lebam dada dan asin air mata yang dicipta oleh cerca

    O, jangan lupakan taman bunga!
    Di sana tumbuh mawar, melati, pun kenanga
    Jika telah mekar sempurna, kuambil setangkai
    jadi hiasan rambut ikal mayangmu

    Setiap malam kita duduk di dipan reot yang tersisa dari luber lumpur selatan kota
    Berdua kita pandang bulan separuh yang tersenyum
    Tanganmu tanganku saling genggam menghangatkan
    Entah di musim hujan atau kemarau
    Menjadikan setia sebagai pilar
    Hingga tiada angin badai sanggup memisahkan
    Pun sederet wabah yang mungkin datang kemudian

    Selamanya, hingga habis usia kita
    Sebelum itu, ingin kutanyakan padamu
    : masih sanggupkah menua denganku?

    Sidoarjo, 22 Januari 2021


    Doa Sebelum Tidur

    Bergeraklah ke tengah
    sedikit saja
    biarkan lembap tembokmu
    dipeluk hujan
    dan telunjukmu berhenti
    menggurat kisah lalu.
    Sudah kupesan mimpi paling ranum
    di pelataran Tuhan
    sore tadi
    seiring gerimis datang tiba-tiba
    dan pualam pipimu memerah
    mengingat sesosok lelaki di peron.
    Tangan kirinya menenteng koper besar
    tangan kanan memeluk perempuan berhijab lebar.
    Sempat ia menoleh kanan kiri
    mencari-cari

    Kau sembunyi
    dari rindu yang bertalu
    sekaligus membatu
    seiring kalimat nyilu
    : hati-hati

    Ayo!
    Berdoalah sebelum tidur
    agar lelaki itu tak pernah datang lagi
    mencuri mimpimu berkali-kali
    sekali lagi.

    Sidoarjo, 17 Januari 2021


    Dia Lelaki

    di pagi itu
    seorang lelaki gagah menantang waktu
    tak peduli cuaca
    pun rupa-rupa resah

    ia hanya tahu, dari keringatnya
    anak-anak cahaya dibentuk
    belum fasih mengeja hidup
    sedang perempuannya sibuk menakar beras
    : segenggam hari ini, segenggam lagi besok
    dicabutnya satu demi satu telajak tanah
    mengubah kayu jadi bara

    lalu,
    senja datang begitu cepat
    sang lelaki tak lagi gagah
    di mata yang terkasih
    ia masihlah cinta sejati
    selalu tahu di mana meletakkan mimpi

    Sidoarjo, 16 Januari 2021

    Karya : Wahyu Agustin

    Adalah perempuan kelahiran Sidoarjo yang mencintai literasi sejak kecil. Hingga saat ini karya-karyanya telah diterbitkan dalam 2 (dua) buku tunggal dan 60 (enam puluh) buku antologi bersama penggiat literasi lainnya.

    Share. Facebook Twitter LinkedIn Tumblr Email WhatsApp
    Previous ArticleMahacinta Bhisma Amba
    Next Article Bangkitnya Kisah yang Tak Pernah Usai

    Karya Lainnya

    Para Wajah Pribumi

    28 Maret 2021

    Aku Tak Pernah Bermimpi Menjadi Zonasi

    14 Maret 2021

    Sebuah Ilham Tentang Pelangi di Daun Pisang

    7 Maret 2021

    Ranjangku Digerogoti Takdir

    28 Februari 2021

    Mendung

    14 Februari 2021

    Di Sudut Kota

    7 Februari 2021
    Karya Sastra Terbaru

    Rindu Mengalir di Potomac River

    24 Desember 2022

    30 September

    30 September 2022

    Separuh Hatiku dari Gang Dolly

    28 Agustus 2022

    Melawan Rindu

    23 Juli 2022

    Satu Buku, Dua Pandangan

    24 Mei 2022

    Gadis dalam Mural

    5 September 2021

    Ironi Transaksi Kematian

    1 Juli 2021

    Bangkitnya Kisah yang Tak Pernah Usai

    15 Mei 2021

    Kepada Sapardi

    25 April 2021

    Mahacinta Bhisma Amba

    25 April 2021
    Facebook Twitter Instagram YouTube
    • Beranda
    • Tentang Kami
    • Unjuk Karya
    • Arsip
    © 2023 Sastra Beritajatim.com | sastra untuk semua .

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.