Judul | : | Jika Kucing Lenyap Dari Dunia |
Penulis | : | Genki Kawamura |
Penerbit | : | Bentang Aksara Cahaya |
Jumlah Halaman | : | 255 Halaman |
Apa yang terjadi jika suatu hari anda tiba-tiba didiagnosis kanker fase terminal, lantas iblis yang memakai kemeja Aloha penuh warna datang dan menawarkan menunda kematian dengan pengganti menghilangkan sesuatu dari dunia? Sesuatu itu bisa jadi barang-barang krusial dalam hidup anda atau bahkan sosok seseorang atau hewan peliharaan kesayangan? Mereka akan dihilangkan keberadaannya dari dunia dan dianggap sebagai pengganti transaksi untuk ditukarnya dengan nyawa anda sehari. Alih-alih dalam rangka menyambung kembali kehidupan agar anda berumur lebih panjang dari sekedar diagnosa dokter.
Dalam kondisi seperti ini anda seperti dihadapkan pada sebuah pilihan untuk selanjutnya berani mengambil keputusan apa saja yang bernilai dalam hidup untuk kemudian “sekedar” ditukar dengan nyawa sehari.
Dalam novel kali ini penulis seperti mencoba mengajak kita dan mengusik kembali, apa sebenarnya makna kehidupan bagi kita. Dalam daftar isi, beberapa judul bab seolah menunjukkan barang-barang berharga apa saja yang akhirnya diputuskan oleh tokoh utama untuk direlakan menghilang lantas ditukar dengan nyawanya. Diantaranya adalah telepon, film, jam dan kucing. Deretan barang tersebut adalah barang biasa yang bisa ditemui dalam keseharian namun sesungguhnya maknanya sangat penting bagi tokoh utama, jika keberadaannya benar-benar hilang dari dunia.
Cerita dibuka oleh tokoh utama yang tidak bernama dan menggunakan kata ganti orang pertama (aku), yang dikisahkan terkena vonis kanker stadium akhir. Ia hanya seorang tukang pos biasa yang hidup berdua saja bersama seekor kucingnya. Kubis adalah nama kucing keduanya setelah kucing pertamanya yang bernama Selada meninggal karena tumor.
Setelah divonis dokter usianya hanya tinggal beberapa hari, ia pun putus asa dan pulang ke rumah. Namun sesampainya di rumah, ia mendapati ada sosok lain berpenampilan aneh dalam rumahnya yang tidak lain adalah penampakan iblis. Iblis hadir secara nyata untuk menawarkan transaksi sederhana demi mengulur waktu datangnya kematian.
Genki Kawamura seolah ingin memunculkan satir tentang kehendak Tuhan pada kehidupan dan kematian. Bahkan tentang kisah penciptaan tujuh hari dunia dan keberadaan Adam dan Hawa di surga. Dalam dialog-dialog jenaka dengan tokoh “aku”, kesan bahwa iblis muncul dalam rupa seram dan menakutkan akan samasekali menghilang saat membaca karya Kawamura kali ini. Penampilan iblis dalam balutan kemeja Aloha, celana pendek, kacamata hitam dan penyuka coklat adalah cara penulis untuk merekonstruksi kembali bahwa kisah kematian tak selalu suram dan menyedihkan. Dengan bahasa lugas, ringan dan jenaka, pembaca akan mudah untuk memahami jalan cerita meski alurnya dikisahkan maju mundur (plot campuran). Penokohan juga tidak terlalu banyak, hanya terdiri dari tokoh utama “aku”, Iblis, Kubis si kucing, Ibu dan Ayah, serta sahabat dan pacar.
Beberapa pesan bijak tentang kehidupan bisa kita temukan dalam novel ini seperti layaknya kisah-kisah dari Negeri Tirai Bambu. Mungkin yang paling popular di media sosial saat ini adalah pesan Ibu tentang konsekuensi kehilangan sesuatu saat seseorang menginginkan sesuatu hal yang lain.
Pesan lain adalah pentingnya menghargai hal-hal sederhana dalam hidup. Semakin sibuk dikejar oleh segala yang ada di depan mata, maka manusia akan kian kehilangan waktu untuk melakukan hal yang benar-benar penting. Dan gawatnya, kita tidak menyadari “kelalaian” itu. Andai saja kita mau sebentar saja meninggalkan arus waktu dan sejenak berhenti melangkah untuk sekedar memberi makna pada sekitar kita.
Kawamura juga seolah mencoba “usil” dengan mengulik imaji pembaca tentang konsep waktu yang barangkali tak perlu ada dalam kehidupan manusia. Pada hal 146 disebutkan, manusia terlalu repot menemukan aturan waktu yang selama ini ditandai dengan tahun, bulan dan hari, hanya sekedar untuk membatasi diri. Manusia menaruh ketidakbebasan itu dimana-mana bahkan akhirnya dengan sengaja melilitkan waktu pada pergelangan tangannya sendiri.
Akhir cerita bisa jadi merupakan sebuah penutup yang mungkin diharapkan oleh pembaca. Iblis memutuskan pergi seiring dengan munculnya kesadaran tokoh utama tentang siapa dan apa yang sesungguhnya bermakna besar dalam hidup.
Iblis sebenarnya bukanlah sosok astral, melainkan penjelmaan dari diri sendiri dalam bentuk yang lain. Ia adalah simbol kehidupan lain dalam diri kita yang sesungguhnya adalah manifestasi dari keinginan terbesar kita yang tidak pernah terwujud. Ia adalah tampilan nyata dari keinginan-keinginan terpendam kita yang selama ini tak mampu (tak berani) kita realisasikan dalam keseharian.
Novel Jika Kucing Lenyap Dari Dunia adalah novel Genki Kawamura yang pertama, namun mampu menandai kesuksesannya sebagai penulis terbaik dunia dan telah diterjemahkan ke dalam lebih dari empat belas bahasa. Kawamura adalah seorang penulis yang produktif berkarya, selain mampu memproduksi, menyutradarai dan menulis naskah skenario untuk film. Karya tulisnya yang lain adalah Million Dollar Man dan April Come She Will. Kawamura juga menulis buku anak termasuk Tinny and The Balloon, MOOM, dan Pattisier Monster.