Memotret Surabaya dari jauh masa pandemi, mataku
tak dapat melihat utuh. Cerita kawan, bus-bus
tak ada lagi di Purabaya. Sepi mungkin sunyi.
Jalanan, katanya juga mulai tak seperti biasa lagi.
Macet dan ruwet, tak terdengar kabar. Jalanan
tengah kota, bisa melenggang. Tenang.
Tapi awas ada virus wabah menghadang.
Hati-hati. Portal-portal setiap gang, juga menghadang.
Jangan bertamu, semua warga tutup pintu.
Takut ada sesuatu.
Memotret Surabaya dari jauh, bikin hatiku trenyuh.
Surabaya yang hiruk-pikuk, kini terpaksa tunduk
pada aturan tak saling sentuh. Jaga jarak sesama,
mengusir Korona biar sirna.
Mojokerto, 27/5/2020
Pahlawan Garda Depan
perawat itu kerja tanpa henti
mati-matian tak hiraukan diri
terjangkit sakit
lantas mati
mayat mau dikubur ditolak
warga desa
viral jadi berita
perawat itu pahlawan garda
depan, kenapa
kautolak dikuburkan
perawat itu ditolak warga
tapi diterima penuh bunga
tangan terbuka
oleh Tuhan
perawat itu
masuk surga
Mojokerto, 14/4/2020
Gedung Kampus Bagai Tugu
Lorong jalanan kampus itu sunyi
Pohon-pohon teduh tetap berdiri
Gedung-gedung itu tegak bagai tugu
Sepi dan sunyi
Tak ada hantu, tapi ada wabah
tak terbaca oleh sunyi. Intai setiap
jejak langkah bernama manusia
di sudut-sudut ruang tunggu
Gedung-gedung itu tetap tegak
bagai tugu. Sepi dan sunyi.
Barangkali hanya cerah
sinar mentari, gagah akan mengusir wabah
tak tertandingi. Atau mungkin doa
penghuni kampus, bikin mampus wabah itu?
Barangkali?
DeCa, 18/3/2020
Tentang Raja-Raja Baru
Negeri ini jadi teramat heboh lantaran ada
raja-raja baru, muncul tak senonoh
serasa seperti mimpi, ada raja berdiri
di negeri merdeka. Bikin prajurit
dan panglima, tapi harus bayar
pada sang Raja
Lalu ada berita mengharu-biru
di televisi, sang Raja ditangkap polisi
sang Ratu menangis, hatinya teriris
ah…seperti dagelan tapi tak lucu
Tentang Raja-Raja baru itu
tak terdengar beritanya lagi hingga kini
ke mana, dan jadi apa? Dibuat
oleh siapa, dan untuk apa?
Tak jelas juntrung dan ujungnya.
Tentang Raja-Raja baru itu
tak terdengar beritanya lagi hingga kini
apa lagi ditelan berita virus Korona
yang guncangkan dunia
Tentang Raja-Raja baru
jangan kautanyakan lagi soal itu
sebab telah sirna dimakan oleh waktu
Desaku Canggu, 21/03/2020
Barangkali Telah Jenuh
telah berapa lama kita tak lagi baca koran
beritanya telah mewabah hoax
telah berapa lama kita tak lagi nonton televisi
beritanya hanya basi dan mengkondisi
barangkali telah jenuh
baca koran dan nonton televisi
semua hanya bualan mulut berbusa
hingga muruh, mungkin suara keluh
tanpa juntrungnya lagi
dunia kian jungkir balik
meski ekonomi membaik
di dunia maya, kian tanpa norma
bicara kritik tanpa titik tanpa koma
barangkali kita telah jenuh
tulisan kebenaran nyata telah rubuh
barangkali kini hanya tinggal keluh
tanpa kompas tanpa pedoman
menyusup di relung hati
barangkali kita telah jenuh!
Desa Mlirip, 8/4/2017
Karya : Aming Aminoedhin
Lahir di Ngawi, 22 Desember 1957. Alumni Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Aktif kegiatan teater, dan pernah menyandang predikat “aktor terbaik” Festival drama se-Jatim tahun 1983 dari Teater Persada Ngawi, pimpinan MH. Iskan.
Pernah menjabat biro sastra – Dewan Kesenian Surabaya. Ketua HP-3-N (himpunan pengarang, penulis, dan penyair nusantara) Jatim, koordinator FASS(Forum Apresiasi Sastra Surabaya), dan penggagas kegiatan Malam Sastra Surabaya atau “Malsasa” di Dewan Kesenian Surabaya. Punya predikat ‘presiden penyair jatim’ dijuluki oleh Profesor Doktor Suripan Sadi Hutomo, almarhum.
Mendapatkan penghargaaan seni gubernur jawa timur bidang sastra, tahun 2011. Puisi aming, juga ada yang diterjemahkan dalam Bahasa Inggris dan Jerman, pada kumpulan puisi “Equator” (2011). Ikut temu penyair Jateng di Semarang (1983), temu penyair indonesia di Taman Ismail Marzuki Jakarta (1987), pertemuan Sastrawan Nusantara XII di Singapura (2003), serta ceramah dan baca puisi di berbagai kota di Jawa Timur.
Karya puisinya banyak dimuat di koran dan majalah lokal dan ibu kota, antara lain Jawa Pos, Surabaya Post, Berita Buana, Republika, Singgalang, Sriwijaya Post, Banjarmasin Post, Pikiran Rakyat, Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka, Bali Post, dan banyak lagi, Sedangkan majalah yang memuat puisinya antara lain: Zaman, Majalah Sastra Horison, dan Majalah Kebudayaan Basis.